[Fanfic] Seishin chintsuuzai Karte 2

Posted: June 28, 2008 by Kyrie Kai-ka in Fanfic
Tags:

Title: Seishin chintsuuzai Karte 2

Author: QcHie-Keka-

Genre: Drama thriller psychology Doctor fanfiction (halah apa pulak ini ^^ )

Fandom: J-Rock – LuLu band

Rating: 15 +

Nothing yaoi.. but I think.. this fic is hard enough to understand with people under 15 years

Note: baca Karte 1 disini

—+++—

Di selatan kepulauan Jepang ada sebuah pulau kecil yang hanya dihuni sekitar sepuluh ribu orang. Tempat itu sangat indah dan kadang kala di jadikan tempat tujuan wisata meskipun tidak terlalu terkenal seperti tempat-tempat wisata lain yang ada di Jepang.

Di pulau itu ada sebuah rumah sakit kecil, satu-satunya yang bisa dijumpai. Hanya ada 5 orang dokter muda dan sedikit perawat di rumah sakit itu. karena kekurangan tenaga, tak jarang masing-masing personilnya malakukan pekerjaan rangkap.

Seperti yang dilakukan Shousei saat ini. Shousei adalah dokter muda yang memiliki senyum manis. Pekerjaan utamanya adalah seorang dental surgeon, tapi tak jarang ia membantu rekannya menangani pekerjaan lain yang sebenarnya tidak sesuai dengan keahliannya.

Shousei mengamati cara Tatsurou menenangkan salah seorang pasiennya. Tatsurou adalah seorang psychiatrist, ia sangat ahli dalam hal ilmu kejiwaan, dan Shousei tahu bahwa Tatsurou sedikit banyak juga memilki kemampuan menghipnotis. Hanya dengan kata-katanya, pasien yang sebelumnya mengamuk hebat bisa jadi tenang.

Hebat. Hanya itu yang bisa Shousei deskripsikan tentang diri Tatsurou. Satu kata yang sering ia ucapkan pada teman-temannya sesama dokter.

Hari ini seperti biasa, tidak banyak pekerjaan yang bisa Shousei kerjakan selain mengamati pekerjaan teman-temannya. Ia mulai merasa bosan dan perlahan mengalihkan pandangannya pada hal lain.

“Kau mau kemana Shou?” Tanya Tatsurou saat ia selesai menidurkan pasiennya yang baru saja mengamuk, ia mengalihkan pandangan pada Shousei yang akan meninggalkan ruang isolasi.

“Aku ingin melihat pekerjaan Yu-ki dan Kaito.”

“Kau bosan?” Tanya Tatsurou lagi.

Shousei tahu bahwa ia tidak bisa membohongi Tatsurou. Ia memang sangat bosan.

“Bagaimana kalau kita jalan-jalan?”

Shousei tidak yakin dengan ajakan Tatsurou. “Bukannya kau sibuk?!”

“Tadi memang iya, tapi sekarang tidak.”

Shousei mengembangkan senyumnya dengan riang saat mendengar ucapan Tatsurou itu. Ia lalu menggandeng tangan Tatsurou dan menariknya keluar dari ruangan itu dengan cepat. “Kita mau kemana?” Tanya Shousei antusias.

Tatsurou memutar otaknya. Ia juga tidak tahu mau mengajak Shousei kemana, tapi akhirnya ia berkata.. “Terserah kau saja.”

Shousei tahu bahwa memang itu yang akan dikatakan Tatsurou. Terserah kau saja seperti biasanya, dan Shousei akan mengajak Tatsurou ke pantai yang terdekat. Mereka akan meninggalkan pekerjaan mereka dan tak jarang membuat Kaito kebingungan mencari mereka. Taa sendiri yang bertindak selaku direktur rumah sakit itu sama sekali tidak peduli dan sibuk dengan aktivitasnya sendiri.

Taa sering mengurung diri di ruang tertutup dan melakukan hal-hal yang aneh. Seperti mengotopsi mayat tidak dikenal yang ditemukan beberapa waktu yang lalu. Ia sering membedah mayat-mayat itu dan terkadang mengambil beberapa organ dalamnya yang masih berfungsi seperti ginjal, liver atau jantungnya. Kaito sering memperingatkan bahwa itu adalah tindakan illegal, tapi Taa berkilah bahwa ia hanya mengerjai mayat-mayat asing yang tidak diketahui identitasnya. Tidak ada yang akan protes dengan tindakannya, lagipula tujuannya hanya untuk melatih kemampuannya sebagai seorang dokter. Ia harus meneliti lebih jauh struktur anatomi tubuh manusia dan satu-satunya jalan hanya dengan membedah mayat-mayat itu untuk mendapat informasi yang lebih akurat.

Shousei sendiri sering mengamati pekerjaan Taa itu. Awalnya ia tidak paham dengan anatomi tubuh manusia, ia hanya paham susunan gigi dan rongga mulut. Tapi dengan mengamati pekerjaan Taa, ia jadi lebih banyak mengetahui organ-organ dalam tubuh manusia dan tidak jarang ikut membantu rekan-rekannya saat dihadapkan pada operasi pembedahan yang besar.

“Kau senang dengan pekerjaanmu sebagai dokter Shou?”

Pertanyaan Tatsurou membuyarkan lamunan Shousei saat ia memperhatikan sekumpulan anak-anak nelayan yang bermain di pantai.

Shousei mencoba berpikir sesaat. Menjadi dokter memang cita-citanya sejak kecil, tapi ia sempat berpikir ingin jadi seorang musisi. Apalagi ia cukup mahir memukul drum.

“Aku senang menjadi seorang dokter, tapi sekali-kali aku ingin main musik.”

Tatsurou tertawa mendengar ucapan Shousei. “Apa menurutmu main musik itu menarik?” Tanyanya lagi.

“Tentu menarik. Pekerjaan seorang musisi sama halnya dengan seorang dokter. Mereka sama-sama mengobati manusia. Bedanya hanya pada media. Musik juga obat yang mujarab mengobati rasa sakit.”

Tatsurou kembali tertawa, meskipun demikian ia juga membenarkan ucapan Shousei. Musik itu adalah obat yang kadang lebih mujarab daripada obat yang dituliskan oleh dokter melalui resep.

“Kau tertawa?! Apa aku mengucapkan kata-kata yang lucu?” Tanya Shousei sedikit kesal.

Tidak ada jawaban yang keluar dari mulut Tatsurou. Laki-laki bertubuh tidak terlalu tinggi itu hanya menegakkan tubuhnya dan berdiri, lalu melangkahkan kakinya di pasir pantai dan meninggalkan beberapa jejak disana. Shousei juga mengikuti langkahnya. Sesekali Shousei menyibakkan rambutnya yang tertiup angin pantai dan nakal mengganggu wajahnya.

Shousei nampak berpikir, akhir-akhir ini ia memang sering berpikir. Apa ia berguna? Ataukah bagaimana kehidupannya kelak? Ia takut jika satu-persatu teman-temannya akan meninggalkan dirinya. Dan mungkin Kaito salah satunya.

Meskipun tidak berkata apa-apa, tapi Shousei tahu bahwa Kaito mendapat panggilan kerja yang lebih baik di rumah sakit universitas yang ada di kota besar. Hal itu diketahui Shousei dari Yu-ki ketika mereka makan siang bersama beberapa hari yang lalu. Menurut Yu-ki, Kaito akan pergi jika Taa mengijinkan. Dan sepertinya dari sikap yang ditunjukkan, Taa sama sekali tidak menghalangi meskipun ia tidak berkata ‘iya’ atau ‘tidak’. Terkadang Taa memang terkesan masa bodoh, meskipun Shousei tahu bahwa Taa sangat membutuhkan Kaito di sisinya karena Kaito adalah seorang internal medicine yang hebat.

Setelah Kaito pergi, mungkin berikutnya Yu-ki yang akan pergi, lalu Tatsurou dan kemudian Taa sendiri juga akan pergi karena sesungguhnya tidak ada yang benar-benar menarik dan menantang untuk Taa yang menyukai tantangan jika bekerja di rumah sakit kecil bobrok yang terletak di daerah terpencil. Pada akhirnya hanya tersisa Shousei sendiri. Dan ia mulai berpikir ingin beralih pekerjaan menjadi seorang nelayan atau sekali-kali menambal gigi ikan hiu yang berlubang.

Tatsurou mencoba menangkap ekspresi Shousei dari lirikan matanya. Dari ekspresi wajah temannya itu, Tatsurou tahu bahwa Shousei memikirkan sesuatu. Mungkin sesuatu itu berhubungan dengan Kaito yang Tatsurou ketahui dari perbincangan para suster bahwa Kaito akan segera meninggalkan rumah sakit karena merasa tidak dibutuhkan oleh Taa. Tatsurou tahu bahwa obrolan para suster itu sama sekali tidak bisa dipercayanya seperti berita tentang seorang nenek-nenek yang terjun dari lantai 13 dan selamat tanpa ada luka apapun ditubuhnya kecuali sakit encoknya kumat.

“Apa kau memikirkan Kaito?”

Tidak ada jawaban yang tepat selain menganggukkan kepala. Itulah yang dilakukan Shousei sesaat setelah Tatsurou melontarkan pertanyaannya. Ia akhirnya tahu bahwa Tatsurou juga tahu perihal niat kepergian Kaito. Ternyata memang hanya ia sendiri yang tidak tahu apa-apa. Baik Tatsurou maupun Yu-ki tentu mengetahui itu dari Kaito secara langsung, sedangkan Shousei hanya mengetahuinya dari perantara orang kedua yang tidak lain adalah Yu-ki. Shousei merasa Kaito perlahan mulai tidak menganggapnya lagi sebagai seorang teman yang bisa diajak bertukar pikiran.

“Kaito memberitahumu bahwa dia akan segera pergi?”

Tatsurou menggeleng. “Aku justru tahu hal ini dari obrolan para suster.”

Shousei sedikit menunjukkan ekspresi terkejutnya. “Benarkah?! Aku pikir Kaito memberitahumu.” Ada sedikit kesenangan saat Shousei mengucapkan itu. setidaknya bukan ia sendiri yang tidak tahu apa-apa.

“Kau sendiri tahu dari siapa?” Tanya Tatsurou.

“Yu-ki.” Jawab Shousei terdengar polos.

Tatsurou sedikit mengembangkan senyumnya. “Yu-ki sendiri bilang padaku kalau dia juga tahu berita ini dari para suster.”

“Jadi??”

Tatsurou mengangkat bahunya. “Coba tanyakan pada Taa. Menurut Yu-ki, sepertinya Kaito hanya menyampaikan ini semua pada Taa.”

“Tapi Taa tidak menyinggung apa-apa. Aku sudah coba menyinggung ini kemarin saat menyampaikan laporan di ruangannya.”

“Ah, kau tahulah bagaimana Taa. Tidak cukup hanya disinggung, sebaiknya langsung saja tanyakan apa dia mengijinkan Kaito pergi atau tidak?!”

“Menurutmu? Apa Taa mengijinkan?”

“Entahlah Shou, tapi aku pikir Taa tidak akan menghalanginya.”

Wajah Shousesi tampak kecewa. Ia juga tahu seperti itu. Taa tidak akan pernah coba menghalangi kepergian Kaito meskipun ia sangat membutuhkan Kaito.

“Ah Taa bodoh.”

Shousei menghentakkan kakinya sendiri seperti seorang anak kecil yang tidak kebagian permen, lalu pergi meninggalkan pantai dan kembali ke rumah sakit tempatnya bekerja.

===222===

Suster-suster berlari dengan panik. Sepertinya ada sesuatu yang gawat di rumah sakit setelah Tatsurou dan Shousei meninggalkannya sejam yang lalu. Shousei memanggil salah satu suster yang tampak cemas.

“Ah dokter Shounari.. anda darimana saja? Dokter Yu-ki dan dokter Kaito mencari-cari anda dan dokter Tatsurou.”

“Memangnya ada apa?” Tanya Shousei bingung.

“Kecelakaan di lokasi pertambangan. Puluhan pekerja tambang terluka. Beberapa ada yang terluka parah dan perlu di operasi segera.”

Shousei dan Tatsurou saling berpandangan sesaat. Mereka tahu apa yang harus dilakukan. Menuju ruang ICU.

Ruang ICU rumah sakit itu terlalu kecil untuk menampung banyak pasien. Beberapa pekerja tambang yang luka ringan hanya dibiarkan menjalani pengobatan di koridor rumah sakit. Yu-ki tampak sibuk menangani mereka satu-persatu. Dokter muda bertubuh tinggi itu lalu mengalihkan pandangannya saat melihat Shousei dan Tatsurou.

“Kalian darimana saja?” Tanyanya.

“Maaf Yu-ki, aku tadi hanya..”

“Ah ya sudah Shousei nanti saja ceritanya, sekarang tolong tangani pasien ini. lukanya cukup disterilkan untuk mencegah infeksi.”

Shousei mengangguk dan menjalankan perintah Yu-ki, sementara Tatsurou juga sudah menangani pasien lain dan Yu-ki sendiri diminta Taa membantu operasi pasien yang mengalami cerebral hemorrhage.

Shousei masih mencari-cari..

dimana Kaito??

“Dokter Shounari..”

Shousei menoleh saat seorang suster memanggilnya. “Ada apa suster?” Tanya Shousei.

“ah itu.. dokter Kaito meminta anda membantunya di ruang medis setelah pekerjaan anda disini selesai.”

Shousei mengangguk dan tersenyum. “Baiklah suster.” Ia senang karena Kaito masih membutuhkan bantuannya.

“Oh iya suster.”

Suster itu kembali menatap Shousei setelah tadi ia berniat pergi.

“Bisa kau tangani pasien ini? Aku tadi sudah memberinya antibiotik dan sekarang lukanya hanya perlu diperban.”

Suster itu mengangguk. “Serahkan pada saya. Setelah bekerja di rumah sakit ini saya merasa sudah cukup banyak mendapat pengalaman merawat pasien-pasien yang sebelumnya sulit saya tangani. Dokter Shounari tidak perlu khawatir, saya akan merawat pasien ini dengan baik.” Ujar suster itu dengan semangat.

Melihat tekadnya, Shousei jadi tidak ragu meninggalkan pasiennya untuk ditangani oleh seorang suster. “Baiklah, kalo begitu tolong ya.. aku ingin segera membantu pekerjaan Kaito.”

===222===

“Kenapa kau menatapku seperti itu?” Tanya Kaito heran.

Shousei tidak menjawab dan hanya terus menatap Kaito.

“Kau ini mau membantuku atau tidak sih?”

Shousei malah menggengam tangannya, padahal Kaito baru saja ingin menginjeksi salah seorang pasiennya.

“Jangan pernah tinggalkan kami..”

Kaito makin bingung. “Kau ini ngomong apa? Mana bisa aku meninggalkan kalian saat genting seperti ini.”

“Benarkah?!”

“Haa.. yang benar saja Shousei. Kau jangan bicara ngawur dong.”

Shousei kembali tersenyum dan akhirnya memeluk Kaito. Tepat pada saat itu, Taa masuk dan memergoki mereka.

“Apa yang kalian lakukan?”

“Ti- tidak ada Taa. Hahahaa.. operasinya sudah selesai ya..” Tanya Shousei disertai tawa garingnya.

“Operasi ketiga aku butuh bantuan kalian.”

“Ah baiklah.”

“Tapi ini bukan operasi mudah.” Taa tampak serius.

“Memangnya operasi apa?”

“Hanya operasi amputasi kaki, tapi salah seorang dari kalian harus meyakinkan pasien agar mau melakukan operasi ini.”

“Memangnya sesulit itu?” Tanya Shousei bingung.

“Iya. Pasien itu lebih memilih mati daripada kakinya harus diamputasi.”

“Kalau begitu biar Tatsurou saja yang menangani. Dia selalu berhasil meyakinkan pasien.”

“Tidak Shousei. Kau yang harus melakukannya.”

“Kenapa harus aku??” Shousei tampak protes.

“Itu karena..” Taa tampak menghela nafas. “Pasien yang harus diamputasi kakinya itu adalah..”

“Yuji..

Kakak laki-lakimu.”

===222===

Karte 2 Finish

Comments
  1. phiy says:

    “Kenapa harus aku??” Shousei tampak protes.

    “Itu karena..” Taa tampak menghela nafas. “Pasien yang harus diamputasi kakinya itu adalah..”

    “Yuji..

    Kakak laki-lakimu.”

    nah-lo
    dag-di-dug
    fufufu ^^

    Keka…dirimu itu ada saja ide critanya..
    fanfic sayah saja blom ada sehalaman,
    biar kata dah ga sibuk,
    tapi tetep mandeg xD

  2. stackedvomit says:

    gak tau deh fiy
    ni otak jalan aja kalo disuruh nulis fic ^^

    sampe lupa udah berapa banyak fic yg ditulis
    tadi siang ja nulis karte 3 fic LuLu ni cuman butuh waktu sejam lebih dikit :mrgreen:

    ayo smangat fiy!! ^^

Leave a comment